Sang Maestro

“Demi Allah! Sekalipun matahari diletakkan di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku, maka aku tak akan meninggalkan da’wah ini hingga agama ini tegak atau aku mati karenanya” (HR. Ibnu Hisyam)


Jikalau banyak orang menganggap ane seperti orang dewasa yang terjebak pada tubuh anak kecil, justru ane sendiri merasa diri ane seperti anak kecil yang terjerembab pada tubuh orang dewasa.

Yah… seperti anak kecil yang hidup di atas berbagai macam pertanyaan, semua hal dipertanyakan. Kenapa langit berwarna biru? Apa yang membuat pelangi warna-warni? Darimana asalnya manusia? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang lain. Ane rindu dengan rasa keingintahuan ala anak kecil yang bisa membawa ane kepengetahuan lebih tinggi. Oleh karena alasan inilah, hati ini kerap bertanya. Jikalau esensi Pengetahuan adalah Ilmu, esensi Ilmu adalah Amal, dan esensi Amal adalah Ikhlas. Lalu, apa bentuk esensi Hidup? Inilah pertanyaan yang setia menghantui ane. Sampai sebelum artikel ini ditulis, ane belum memperoleh jawaban yang jelas dan tegas dari semua orang.

Suatu malam, 15 Desember 2009. Saat hujan lebat mengguyur bumi pahlawan, Surabaya yang mulanya dikenal dengan panasnya berubah menjadi dingin. Pikiran ane resah, jiwa ane susah, hati ane gelisah, dada ane sesak, makan tak enak, tidur pun tak nyenyak. Ane bingung, ane selidiki hingga ke lubuk hati. Ada apa denganku? Kenapa bisa begini? Dan ternyata. Ahh… Air mata syukur pun meleleh membasahi pipi, setelah ane tahu bahwa ane sedang dianugerahi rasa cinta oleh Allah pada seseorang di seberang sana. Seseorang yang menurut ane, seTegar dan seTabah Sayyidah Hajar ra, seSuci dan seSabar Sayyidah Maryam ra, seKuat dan seDermawan Sayyidah Khadijah ra, serta seCerdas dan seTegas Sayyidah Fatimah ra. Segera ane munajat kepada Allah, jikalau Ia memang bidadariku, maka dekatkanlah. Namun jikalau tidak, maka jauhkanlah serta cabutlah rasa ini darinya karena ane tak mau mencintai orang yang salah, dan gantilah dengan yang lebih baik. Sesaat setelah munajat, ane larut dalam renungan. Dan terangkailah kalimat yang seakan-akan ane mendapat Ilham dari-Nya, sekaligus sebagai jawaban atas pertanyaan yang selalu menghantui ane.

"Hidup adalah sebuah Esensi, dan esensi Hidup adalah adalah Kita(Manusia). Suatu hari kita akan sampai pada kesadaran bahwa kita juga hanyalah sebuah Esensi yang tidak membutuhkan hal lain kecuali CINTA. Cinta dari Allah, oleh Allah, untuk Allah, dan karena Allah."
Photobucket
Photobucket

2 komentar:

Miss U mengatakan...

subhanallah... calon bidadarinya terdengar (atau terbaca ya ^^?) sangat sempurna...
smoga dimudahkan ya akh, smoga diberikan yg terbaik,,,
nice share,,, n u have a lot of nice article too,,, :)
alamat bloggernya ku pasang di blog ku ya :D biar klo ada update-an bisa langsung baca, skalian bisa promosiin ke teman2 yg mampir ke blogku ^^


*maap, skalian kayak guestbook aja, abis d dpn prasaan ga da buku tamunya,,, ^^
**btw, kykx mesti pake an bukan a, karena kata essence di awali dgn huruf vokal (peace...v^^)

Alfan Khan mengatakan...

jazakillah ukhti, semuanya dari Allah...
semoga bermanfaat, Amiin...
and thank's atas koreksinya, ane khilaf...

Posting Komentar

Inilah catatanku, tentang diriku bersama orang-orang yang dekat denganku: Ayahanda, Bunda, Saudara, Kerabat, dan akhirnya calon Bidadariku yang sibuk dalam penantian di hiruk pikuk Dakwah Islamiyah. Juga sobat seperguruan dan seperjuangan yang kukenal baik, dan banyak kuikuti pemikirannya. Ataupun teman yang sekedar kenal, dan susah kupahami jalan pemikirannya. Hidup ini kadang memang sulit dipahami...